Di Bawah Aep Syaepuloh UMKM Melesat Ekraf Karawang Masih Lesu



Karawangexpres.sig.id  — Dalam dua tahun terakhir, geliat pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Karawang menunjukkan tren positif. Di bawah kepemimpinan Bupati H. Aep Syaepuloh, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan UMKM berhasil menghadirkan sejumlah program nyata yang dirasakan langsung oleh pelaku usaha kecil.


Program pelatihan digital marketing di sekolah-sekolah, pendampingan wirausaha muda, hingga pembaruan data UMKM yang lebih akurat dan partisipatif menjadi bukti nyata arah pembangunan ekonomi kerakyatan yang berpihak pada sektor riil dan sumber daya lokal.


Namun di balik kemajuan itu, sektor **ekonomi kreatif (ekraf)** di Karawang justru menunjukkan kondisi sebaliknya. Meskipun memiliki potensi besar dan dukungan anggaran yang dinilai cukup, geliat pengembangan ekraf tampak stagnan, bahkan hampir tak terdengar gaungnya.


Potensi Besar, Realisasi Minim


Karawang sejatinya memiliki kekayaan besar di sektor kreatif — mulai dari seni pertunjukan, kriya, musik, desain, kuliner, hingga konten digital yang tengah digemari generasi muda. Namun fakta di lapangan menunjukkan, potensi itu belum digarap secara serius.


Banyak komunitas seni, pelaku kreatif, dan wirausaha muda mengaku tidak pernah dilibatkan dalam program pemerintah daerah, khususnya yang berada di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud). Mereka menilai kegiatan yang ada tidak berkesinambungan, minim publikasi, dan tanpa dampak ekonomi nyata.


Kalau lihat di laporan, seolah-olah ekraf Karawang berkembang pesat. Tapi tanya saja ke komunitas musik, teater, desain, atau kuliner kreatif — hampir semua bilang nggak ada kegiatan. Kami hanya dengar kabar soal anggaran besar, tapi nggak tahu kemana perginya,” ujar seorang aktivis komunitas seni di Karawang yang enggan disebut namanya.


Minimnya sinergi antar lembaga dan ketiadaan visi jangka panjang disebut menjadi akar persoalan lemahnya pengembangan ekraf Karawang. Tanpa strategi berbasis data, potensi lokal, dan kebutuhan pelaku, kebijakan yang dijalankan dinilai hanya bersifat normatif dan seremonial.


Talenta Muda Mencari Ruang di Luar Daerah


Kondisi tersebut berdampak langsung pada regenerasi pelaku kreatif lokal. Banyak anak muda Karawang akhirnya memilih mengembangkan karya di luar daerah karena merasa tidak mendapat ruang tumbuh di kampung halamannya sendiri.


Padahal, dengan posisi Karawang sebagai penyangga megapolitan Jabodetabek, peluang industri kreatif sebenarnya sangat besar — terutama di sektor film, musik, fashion, dan konten digital. Tanpa dukungan nyata dari pemerintah daerah, potensi ekonomi baru ini terancam tak berkembang.


Kritik dari Kalangan Muda


Ketua Divisi Ekonomi DPD GMPI Karawang, Kang Bagas, turut menyoroti kondisi ini. Ia mengapresiasi langkah konkret Bupati Aep melalui Dinas Koperasi dan UMKM, namun menilai kinerja dinas lain, terutama yang membidangi ekonomi kreatif, belum menunjukkan hasil signifikan.


Kita akui, pengembangan UMKM di Karawang dua tahun terakhir cukup bagus. Banyak pelatihan, pendampingan, dan dukungan nyata dari Dinas Koperasi dan UMKM. Tapi yang sangat disayangkan, sektor ekonomi kreatif justru seperti jalan di tempat. Padahal, sektor inilah yang mestinya membuka peluang kerja baru bagi anak muda,” ujar Bagas.


Menurutnya, generasi muda Karawang saat ini menghadapi tantangan besar: **angka pengangguran tinggi, persaingan kerja ketat, dan perubahan ekonomi akibat digitalisasi**. Dalam situasi seperti itu, peran pemerintah daerah seharusnya menjadi pendorong utama inovasi dan kreativitas.


Kalau pemerintah daerah serius membangun ekonomi kerakyatan, semestinya tidak berhenti di UMKM saja. Ada 15–16 subsektor ekonomi kreatif yang juga perlu didukung. Ekraf itu bagian penting dari masa depan ekonomi lokal,” tegas Bagas.


Menanti Keseriusan Pemerintah Daerah


Kritik dan keluhan dari berbagai kalangan menunjukkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif di Karawang masih butuh perhatian serius. Tanpa pembenahan strategi dan kolaborasi lintas sektor, potensi besar Karawang di bidang kreatif dikhawatirkan hanya akan menjadi catatan di atas kertas.


Pemerintah daerah diharapkan tidak hanya berhenti pada kegiatan seremonial, tetapi mulai membangun ekosistem kreatif yang sehat — meliputi inkubasi usaha kreatif, ruang ekspresi, akses pasar digital, serta jaringan antar komunitas.


Karawang memiliki modal besar — baik dari sisi sumber daya manusia maupun posisi strategis. Kini, tantangannya tinggal bagaimana potensi itu diolah menjadi kekuatan ekonomi baru yang benar-benar berpihak pada masyarakat dan generasi muda.



(Aisah)