Kritik Keras Aktivis Karawang Pengakuan Pahlawan Nasional Belum Sentuh Jantung Perjuangan Sunda

 



Karawangexpres.web.id – Penganugerahan  Pahlawan Nasional tahun 2025 (mengacu pada penetapan terbaru) kembali menuai kritik tajam dari Jawa Barat. Kang Cucu, seorang aktivis budaya dan pemerhati sejarah dari Karawang, menyikapi penetapan tersebut dengan rasa keprihatinan mendalam, menyoroti bahwa kontribusi besar tokoh-tokoh perintis Sunda masih luput dari perhatian Pemerintah Pusat.


Kecewa pada Minimnya Pahlawan Kultural dari Jawa Barat

Dalam pernyataan persnya, Kang Cucu mengakui pentingnya pengakuan terhadap pahlawan yang baru ditetapkan, namun ia menyoroti minimnya representasi dari tokoh Jawa Barat, khususnya mereka yang berjuang di bidang non-militer.


"Kami mengapresiasi setiap pahlawan baru. Namun, sampai kapan mata negara ini tertutup untuk melihat jasa emas para pejuang intelektual dan kultural dari Tatar Pasundan?" tegas Kang Cucu.


Ia berpendapat bahwa selama ini, pemerintah cenderung memprioritaskan pahlawan dengan riwayat perjuangan fisik dan militer, sehingga mengesampingkan tokoh-tokoh yang meletakkan fondasi peradaban modern bangsa.

Desakan untuk Pahlawan Perintis Pendidikan dan Perempuan

Kang Cucu secara spesifik menyebut beberapa nama tokoh Sunda yang perjuangannya dinilai jauh melampaui kepentingan daerah dan seharusnya menjadi pahlawan nasional:

1. Inggit Garnasih


"Beliau adalah tiang sandaran moral dan finansial dari Bung Karno selama 20 tahun pengasingan. Tanpa Inggit, belum tentu Proklamator kita sekuat itu. Mengapa pengakuan terhadap 'Ibu Bangsa' ini selalu tertunda? Ini adalah cermin kurangnya penghargaan terhadap peran perempuan Sunda dalam pusaran kemerdekaan


2. Raden Ayu Lasminingrat (Garut)


"Sebagai pelopor pendidikan wanita di Indonesia. Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri* yang membentuk martabat kaum perempuan pribumi melalui pendidikan. Jasa beliau di bidang kesetaraan harus diakui sejajar dengan tokoh-tokoh pendidikan nasional lainnya."


3. R.H. Moehamad Moesa (Garut) "Beliau adalah **Bapak Sastra Sunda Modern, yang karyanya dicetak secara luas dan digunakan sebagai sarana pendidikan moral dan pengetahuan di era kolonial. Kontribusi literasi dan edukasinya sangat fundamental bagi kebangkitan kesadaran pribumi."

Tuntutan Aktivis Karawang

Kang Cucu menegaskan bahwa perjuangan tokoh-tokoh tersebut—yang berasal dari Karawang hingga Priangan—bukan hanya sekadar perjuangan lokal, melainkan kontribusi besar terhadap narasi kebangsaan secara utuh.


"Kami di Karawang, yang merupakan lumbung padi dan saksi bisu perjuangan, meminta Tim Peneliti Gelar Pahlawan Nasional (TP2GP) untuk segera meninjau ulang usulan-usulan dari Jawa Barat. Jangan biarkan generasi muda Sunda merasa bahwa jasa leluhurnya yang luar biasa dalam bidang pendidikan, kesenian, dan pergerakan kaum perempuan seolah tidak berarti di mata negara," tutup Kang Cucu, berharap tahun depan akan ada keadilan sejarah bagi Pahlawan Perintis dari Tanah Pasundan.